No Offense

Tadi siang menyempatkan mampir menengok anak tengahku di asrama. Khawatir barangkali butuh sesuatu untuk studi tour hari Kamis nanti. 

Benar saja, ada beberapa keperluan yang harus dipenuhi. Alhamdulillah bisa langsung cari solusi saat di sana. 

Seperti biasa, ada curhatan yang sudah kuhapal betul sejak dia mulai tinggal di asrama itu. Lagi-lagi, perkara hilang sandal dan hilang hanger baju, kali ini ditambah hilang sikat gigi.

Belum genap satu tahun diam di asrama itu, namun sudah puluhan kali kami membelikan dia sepasang sandal yang meskipun sudah mencoba membeli yang berbeda dari keumuman sandal santri yang biasa ada di sana, tapi tetap saja hilang. Apa sesulit itu mengatasi fenomena pencurian sandal seperti ini di asrama yang notabene itu adalah tempat belajar ilmu agama yang di dalam agama tersebut diajarkan untuk tidak boleh mengambil hak milik orang lain.

Pernah suatu ketika aku berkomentar di grup orang tua, saat sedang ramai perbincangan tentang seringnya orang tua membelikan sandal ganti untuk anaknya. Ternyata memang bukan hanya anakku saja yang sering kehilangan sandal. 

"Perkara mencuri atau mengambil hak orang lain menurut saya bukan ranah akhlak, tapi ranah iman. Seberapa beriman mereka terhadap Allah SWT dan hari Akhir. Ini PR besar buat orang tua dan asatidz🙏 Islam, muslim, artinya selamat, memberikan keselamatan. Muslim yang baik adalah orang yang menjaga dirinya, lisannya dan perbuatannya dari merugikan orang lain, sehingga orang lain itu selamat dari lisan dan perbuatannya.

Semoga kita para orang tua dan para asatidz diberikan keimanan, kekuatan dan kesabaran dalam membimbing anak-anak. Dan semoga anak-anak dilembutkan hatinya sehingga menjadi muslim yang taat dan berakhlak."

Begitulah kiranya kutipan komentarku di grup orang tua santri.

Sebenarnya baru kali ini, saat menyekolahkan anak tengahku di pesantren besar dan terkenal di kota kami ini, kami mengalami seringnya kehilangan barang-barang terutama sandal. Dulu, saat menyekolahkan anak pertamaku, dia tidak pernah kehilangan sandal. Mungkin karena di sekolah anak pertamaku itu santrinya hanya sedikit, jadi betul-betul bisa dipantau dengan baik. Saat ada satu orang anak yang melanggar aturan pun akan langsung mendapat perhatian khusus. Mungkin juga, menurutku, di sekolah anak pertamaku itu para santrinya betul-betul disaring dan berasal dari kelompok keluarga yang sudah baik dari sananya, sehingga lebih mudah untuk diarahkan. Sedangkan di sekolah anak keduaku ini, betul-betul terdiri dari beragam latar belakang keluarga dan latar belakang masuk pesantren pun ada yang dikarenakan orang tuanya sudah angkat tangan, merasa tidak sanggup lagi untuk mendidik anak mereka, sehingga pesantren lah jalan keluarnya. Jadi, ya, "wajar" sih jika ada banyak pula kasus kenakalan anak-anak yang sulit dibenahi oleh pihak pesantren sekali pun. Karena sejatinya, pendidikan pertama dan utama seorang anak adalah dari keluarganya. Pihak sekolah hanya membantu menguatkan yang sudah baik dan mengurangi sedikit dari yang kurang baik. Maaf, ini hanya sekedar pendapat pribadiku saja. Semoga tidak ada pihak yang merasa tersinggung atau dirugikan oleh pendapatku ini. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pekan ke 4 Tahap Ulat

Belajar Menjadi Blogger